Jumat, 03 Maret 2017

Pengertian boraks dan formalin dan Ciri-cirinya

Pengertian boraks dan formalin dan Ciri-cirinya

 Pengertian borak dan formalin
1.         Formalin
Formalin adalah bahan kimia yang berupa cairan dalam suhu ruang, tidak berwarna,bau sangat menyengat, mudah larut dalam air dan alkohol. Formalin digunakan sebagai desinfektan, cairan pembalsem, pengawet jaringan, dan digunakan di industri tekstil dan kayu lapis. Di dalam formalin terkandung sekitar 37 persen formaldehid dalam air, sebagai bahan pengawet biasanya ditambahkan methanol hingga 15 persen.Formalin tidak boleh digunakan sebagai bahan pengawet makanan karena jika digunakan pada pangan dan dikonsumsi oleh manusia bisa menyebabkan tenggorokan terasa panas dan menyebabkan kangker yang pada akhirnya akan mempengaruhi organ tubuh lainnya.
2.      Boraks
Boraks berasal dari bahasa Arab yaitu Bouraq. Boraks merupakan srebuk kristal lunak yang mengandung unsur boron, berwarna  putih, tidak berbau, mudah larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, PH: 9, 5. Boraks banyak digunakan dalam berbagai industri non pangan khususnya industri keras, gelas, pengawet kayu, anti septik kayu, keramik dan pengontrol kecoa. Boraks sejak lama telah digunakan masyarakat untuk pembuatan gendar nasi, krupuk gendar, atau krupuk puli yang secara tradisional di jawa disebut “Karak” atau “Lempeng”. Disamping itu boraks digunakan untuk industri makanan seperti dalam pembuatan mie basah, lontong, ketupat, bakso bahkan dalam pembuatan kecap.

A. Ciri-Ciri Makanan Mengandung Formalin
1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah rusak dan tahan dalam jangka waktu lama
2. Tahu : teksturnya yang terlampau keras, kenyal, tapi tidak padat, tidak mudah rusak dalam waktu lama
3. Ikan : insang berwarna merah tua, tidak cerah atau bukan merah segar, tidak berbau khas ikan asin, warna daging putih bersih, kenyal dan tak mudah rusak, tidak mudah patah, agak keras serta tidak dihinggapi lalat
4. Bakso : tekstur sangat kenyal, tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar, jika dibelah di dalamnya tampak warna merah tua mencolok tidak wajar
5. Daging Ayam : tekstur daging kencang, tak mudah rusak dan tak disukai lalat

B. Ciri-Ciri Makanan Mengandung Boraks
1. Mie Basah : tidak lengket, sangat kenyal, serta tidak mudah putus
2. Bakso : tekstur sangat kenyal, warna tidak kecokelatan seperti penggunaan daging, tapi lebih cemerlang keputihan
3. Lontong : rasa getir dan sangat gurih, serta beraroma sangat tajam
4. Kerupuk : teksturnya sangat lembut dan renyah, bisa menimbulkan rasa getir di lidah

C. Ciri-Ciri Makanan Mengandung Pewarna Rhodamin B dan Methanyl Yellow
1. Memiliki warna mencolok cerah, mengkilap, warnanya tidak homogen (ada yang menggumpal), ada sedikit rasa pahit jika ditelan dan memunculkan sedikit rasa gatal di tenggorokan saat mengonsumsinya.

INGAT ALLAH HATI MU AKAN TENANG



INGAT ALLAH HATI MU AKAN TENANG

Ingat Allah Hati Mu Akan Tenang
Ingatlah Allah Hati Mu Akan Tenang.

“Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang”

Kejujuran itu kakasih Allah. Keterusterangan merupakan sabun pencuci hati. Pengalaman itu bukti. Dan seseorang pemandu jalan tak akan membohongi rombongannya. Tidak ada satu pekerjaan yang lebih melegakan hati dan lebih agung pahalanya, selain berdzikir kepada Allah.


{Karena itu, inagtlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu.} (QS. Al-Baqarah: 152)

Berdzikir kepada Allah adalah surga Allah di bumi-Nya. Maka, siapa yang tak pernah memasukinya, ia tidak dapat memasuki surga-Nya di akhirat kelak. Berdzikir kepada Allah merupakan penyelamat jiwa dari pelbagi kerisauan, kegundahan, kekesalan dan goncangan. Dan dzikir merupakan jalan pintas paling mudah untuk meraih kemenangan dan kebahagiaan hakiki. Unutk melihat feadah dan manfaat dzikir, coba perhatikan kembali beberapa pesan wahyu Ilahi. Dan cobalah mengamalkannya pada hari-hari Anda, niscaya Anda akan mendapatkan kesembuhan.

Dengan berdzikir kepada Allah, awan ketakutan, kegalauan, kecemasan dan kesedihan akan sirna. Bahka, dengan berdzikir kepada-Nya segunung tumpukan beban kehidupan dan permasalahan hidup akan runtuh dengan sendirinya.

Tidak mengherankan bila orang-orang yang selalu mengingat Allah senantiasa bahagia dan tentram hidupnya. Itulah yang memang seharusnya terjadi. Adapun yang sangat mengherankan alah bagaimana orang-orang yang lalai dari dzikir kepada Allah itu justru menyembah berhala-berhala dunia. Padalah,  

{(Berhala-berhala) itu mati tidak hidup dan berhala-berhala itu tidak mengetahui bilakah penyembahan-penyembahnya akan dibangkitkan.} (QS. An-Nahl: 21)

Wahai orang yang mengeluh karena sulit tidur, yang menangis karena sakit, yang bersedih karena sebuah tragedi, dan yang berduka karena suatu musibah, sebutlah nama-Nya yang kudus! Betapapun,

{Apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan Dia (yang patut disembah)?} (QS.Maryam: 65)

Semakin banyak Anda mengingat Allah, pikiran Anda akan semakin terbuka, hati Anda semakin tentram, jiwa Anda semakin bahagia, dan nurani Anda semakin damai sentausa. Itu, karena dalam mengingat Allah terkandung nilai-nilai ketawakalan kepada-Nya, keyakinan penuh kepada-Nya, ketergantungan diri hanya kepada-Nya, kepasrahan kepada-Nya, berbaik sangka kepada-Nya, dan pengharapan kebahagiaan dari-Nya. Dia senantiasa mengaulkan jika dimohon. Rendahkan dan tundukkan diri Anda ke hadapan-Nya, lalu sebutlah secara berulang-ulang nama-Nya yang indah dan penuh berkah itu dengan lidah Anda sebagai pengejawantahan dari ketuhidan, pujian, doa, permohonan dan permintaan ampunan Anda kepada-Nya.

Dengan begitu, niscaya Anda – berkat kekuatan dan pertolongan dari-Nya-akan mendapatkan kebahagiaan, ketentraman, ketenangan, cahaya penerang dan kegembiraan. Dan,


{Karena itu Allah menberikan kepada mereka pahala di dunia, dan pahala yang baik di akhirat.} (QS. Ali ‘Imran: 148)


Kamis, 02 Maret 2017

Al-Quran Menjawab Pertanyaan Manusia

Al-Quran Menjawab Pertanyaan Manusia

Al-Quran Menjawab Pertanyaan Manusia
Manusia Bertanya Qur’an Menjawab 
Manusia Bertanya : Kenapa aku diuji ?

Qur’an Menjawab : Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:” Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? (Al-Ankabuut : 2). Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta. (Al-Ankabuut : 3) .



Manusia Bertanya : Kenapa aku tidak diuji saja dengan hal-hal yang baik ?

Qur’an Menjawab : boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (Al-Baqarah : 216) .

Manusia Bertanya : Kenapa aku diberi ujian seberat ini?
Qur’an Menjawab : Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (Al-Baqarah : 286)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku frustrasi ?

Qur’an Menjawab : Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) , jika kamu orang-orang yang beriman. (Ali Imraan : 139)

Manusia Bertanya : Bolehkah aku berputus asa ?

Qur’an Menjawab : dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (Yusuf : 87)

Manusia Bertanya : Bagaimana cara menghadapi ujian hidup ini?

Qur’an Menjawab : Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu beruntung. (Ali Imraan : 200) Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’. (Al-Baqarah : 45)

Manusia Bertanya : Bagaimana menguatkan hatiku?

Qur’an Menjawab : Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakal. (At-Taubah : 129)

Manusia Bertanya : Apa yang kudapat dari semua ujian ini?

Qur’an Menjawab : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu’min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (At-Taubah : 111)  
(Sumber Tulisan :Hakeem bin Zain)

Definisi Kematian Menurut Al-Qur'an

http://www.fadhilza.com/2009/08/kkehidupan-akhirat/kematian-menurut-al-qur%E2%80%99an.html

Definisi Kematian Menurut Al-Qur'an

Definisi Kematian Menurut Al-Qur'an
Kematian Menurut Al-Qur'an
ayat
10- Sesungguhnya orang-orang yang kafir diserukan kepada mereka (pada hari kiamat): “Sesungguhnya kebencian Allah (kepadamu) lebih besar daripada kebencianmu kepada dirimu sendiri karena kamu diseru untuk beriman lalu kamu kafir”


11- Mereka menjawab: “Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?”
Ketika manusia dikumpulkan dipadang Mahsyar pada hari berbangkit kelak dan orang kafir telah melihat dengan jelas akibat perbuatan mereka menentang ayat ayat Allah selama ini, mereka mengeluh : ” Ya Allah Engkau telah mematikan kami dua kali, dan menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami mengakui dosa kami, adakah jalan keluar bagi kami dari kesulitan yang dahsyat pada hari ini (neraka jahanam) “. Dialog antara orang kafir dengan Allah ini diabadikan dalam surat Al Mukmin ayat 10 -11, sebagaimana kami kutipkan diawal artikel ini.

Selama hidup didunia ini kita hanya mengerti bahwa mati dan hidup itu hanya sekali saja, namun setelah diakhirat kelak kita baru, mengerti bahwa kita hidup dan mati sebanyak dua kali. Memperhatikan dialog diatas kita jadi bertanya, apakah yang dimaksud dengan kematian itu? Dalam Al Qur’an dikatakan bahwa kita mati dan hidup sebanyak dua kali, padahal yang kita ketahui selama ini kita hidup dan mati hanya satu kali.
Definisi mati menurut Al-Qur’an
Mati menurut pengertian secara umum adalah keluarnya Ruh dari jasad, kalau menurut ilmu kedokteran orang baru dikatakan mati jika jantungnya sudah berhenti berdenyut. Mati menurut Al-Qur’an adalah terpisahnya Ruh dari jasad dan hidup adalah bertemunya Ruh dengan Jasad. Kita mengalami saat terpisahnya Ruh dari jasad sebanyak dua kali dan mengalami pertemuan Ruh dengan jasad sebanyak dua kali pula. Terpisahnya Ruh dari jasad untuk pertama kali adalah ketika kita masih berada dialam Ruh, ini adalah saat mati yang pertama. Seluruh Ruh manusia ketika itu belum memiliki jasad. Allah mengumpulkan mereka dialam Ruh dan berfirman sebagai disebutkan dalam surat Al A’raaf 172:

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”, (Al A’raaf 172)
Selanjutnya Allah menciptakan tubuh manusia berupa janin didalam rahim seorang ibu, ketika usia janin mencapai 120 hari Allah meniupkan Ruh yang tersimpan dialam Ruh itu kedalam Rahim ibu, tiba-tiba janin itu hidup, ditandai dengan mulai berdetaknya jantung janin tersebut. Itulah saat kehidupan manusia yang pertama kali, selanjutnya ia akan lahir kedunia berupa seorang bayi, kemudian tumbuh menjadi anak anak, menjadi remaja, dewasa, dan tua sampai akhirnya datang saat berpisah kembali dengan tubuh tersebut.

Ketika sampai waktu yang ditetapkan, Allah akan mengeluarkan Ruh dari jasad. Itulah saat kematian yang kedua kalinya. Allah menyimpan Ruh dialam barzakh, dan jasad akan hancur dikuburkan didalam tanah. Pada hari berbangkit kelak, Allah akan menciptakan jasad yang baru, kemudia Allah meniupkan Ruh yang ada di alam barzakh, masuk dan menyatu dengan tubuh yang baru sebagaimana disebutkan dalam surat Yasin ayat 51:

51- Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. 52- Mereka berkata: “Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?” Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). (Yasin 51-52)
Itulah saat kehidupan yang kedua kali, kehidupan yang abadi dan tidak akan adalagi kematian sesudah itu. Pada saat hidup yang kedua kali inilah banyak manusia yang menyesal, karena telah mengabaikan peringatan Allah. Sekarang mereka melihat akibat dari perbuatan mereka selama hidup yang pertama didunia dahulu. Mereka berseru mohon pada Allah agar dizinkan kembali kedunia untuk berbuat amal soleh, berbeda dengan yang telah mereka kerjakan selama ini sebagaimana disebutkan dalam surat As Sajdah ayat 12:

Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang yang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Tuhannya, (mereka berkata): “Ya Tuhan kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami (ke dunia), kami akan mengerjakan amal saleh, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang yakin”. (As Sajudah 12)
Itulah proses mati kemudian hidup, selanjutnya mati dan kemudian hidup kembali yang akan dialami oleh semua manusia dalam perjalanan hidupnya yang panjang dan tak terbatas. Proses ini juga disebutkan Allah dalam surat Al Baqaqrah ayat 28:

Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan? (Al Baqarah 28)

Demikianlah definisi mati menurut Al-Qur’an, mati adalah saat terpisahnya Ruh dari Jasad. Kita akan mengalami dua kali kematian dan dua kali hidup. Jasad hanya hidup jika ada Ruh, tanpa Ruh jasad akan mati dan musnah. Berarti yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad sedangkan Ruh tidak akan pernah mengalami kematian.

Pada saat mati yang pertama, jasad belum ada namun Ruh sudah ada dan hidup dialam Ruh. Pada saat hidup yang pertama Ruh dimasukan kedalam jasad , sehingga jasad tersebut bisa hidup. Pada saat mati yang kedua, Ruh dikeluarkan dari jasad , sehingga jasad tersebut mati, namun Ruh tetap hidup dan disimpan dialam barzakh. Jasad yang telah ditinggalkan oleh Ruh akan mati dan musnah ditelan bumi. Pada saat hidup yang kedua, Allah menciptakan jasad yang baru dihari berbangkit, jasad yang baru itu akan hidup setelah Allah memasukan Ruh yang selama ini disimpan dialam barzak kedalam tubuh tersebut. Kehidupan yang kedua ini adalah kehidupan yang abadi, tidak ada lagi kematian atau perpisahan antara Ruh dengan jasad sesudah itu.
Kalau kita amati proses hidup dan mati diatas ternyata yang mengalami kematian dan musnah hanyalah jasad, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian dan musnah. Ruh tetap hidup selamanya, ia hanya berpindah pindah tempat, mulai dari alam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan terakhir dialam Akhirat. Pada saat datang kematian pada seseorang yang sedang menjalani kehidupan didunia ini, maka yang mengalami kematian hanyalah jasadnya saja, sedangkan Ruhnya tetap hidup dialam barzakh. Allah mengingatkan hal tersebut dalam surat Al Baqarah ayat 154 :

Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu h idup, tetapi kamu tidak menyadarinya. (Al Baqarah 154)
Perjalanan panjang tanpa akhir
Kalau kita amati proses perjalan hidup dan mati seperti yang disebutkan diatas , maka yang mengalami kematian hanyalah jasad kita saja, sedangkan Ruh tidak pernah mengalami kematian. Sejak diciptakan pertama kali dan diambil kesaksiannya tentang ke Esaan Allah ketika dikumpulkan dialam Ruh sebagaimana disebutkan dalam surat Al A’raaf 172, mulailah Ruh menempuh perjalanan panjang yang tidak akan pernah berkahir.

Sifat Ruh sama seperti energy, dalam ilmu fisika kita mengenal teori kekekalan Energy. Teori kekalan Energy mengatakan bahwa Energy bersifat kekal, tidak bisa dimusnahkan, dihancurkan ataupun dilenyapkan. Ia hanya mengalami perubahan bentuk. Ruh memiliki sifat seperti Energy ini, ia tidak bisa dimusnahkan, dilenyapkan ataupun dihancurkan, ia kekal selamanya, ia hanya berubah bentuk mulai dialam Ruh, alam Dunia, alam Barzakh dan alam Akhirat kelak.

Kita bisa merasakan selama hidup didunia ini bahwa Ruh kita tidak pernah tidur atau beristirat. Kalau kita tidur pada malam hari, yang tidur adalah jasad atau jasmani kita sedang Ruh kita sendiri, pergi berjalan entah kemana. Ruh tidak bisa hancur, musnah dan lenyap namun ia bisa merasa lemah, sakit dan menderita. Ruh yang kurang mendapat perawatan akan menjadi lemah menderita dan sakit. Penyakit Ruh umumnya akan merembet pada penyakit fisik atau jasmani, penyakit ruh yang umum kita kenal antara lain, gelisah, kecewa, dengki, cemas, takut, sedih, tertekan dan stress berkepanjangan.
Ruh mengalami proses pendewasaan selama hidup didunia. Semua bekal yang dibawa untuk perjalanan hidup dialam barzakh dan akhirat didapat dari alam dunia. Namun sayang selama hidup didunia banyak orang yang tidak memperdulikan kebutuhan Ruhnya untuk menghadapi perjalan panjang yang tak akan pernah berakhir ini. Kebanyakan manusia hanya fokus pada masalah kehidupan dunia, dan tidak perduli dengan masalah kehidupan akhirat yang lebih dahsyat dibandingkan dengan kehidupan dunia.

Mereka baru menyadari kekeliruan mereka tatkala ruh telah sampai ditenggorokan, hingga tatkala mereka telah pindah kelam barzakh mereka mengeluh sebagaimana disebutkan dalam surat Al Mukminun ayat 99-100 :

99- (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: “Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
100- agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan (Al Mukminun 99-100)
Penyesalan itu memang selalu terlambat datangnya, namun penyesalan yang muncul setelah datangnya kematian hanyalah sesuatu yang sia-sia. Masa lampau tidak akan pernah kembali, kita hanya terus maju menghadang masa yang akan datang, apapun keadaan kita. Orang yang bijaksana akan mengumpulkan bekal sebanyak banyaknya untuk menempuh perjalanan panjang dialam barzakh dan akhirat. Orang yang lalai hanya fokus pada kehidupan dunia, tidak pernah mempersiapkan diri untuk menempuh perjalanan panjang itu. Bahkan terkesan tidak peduli dengan kehidupan akhirat. Sebagian besar manusia didunia termasuk kedalam golongan orang yang lalai ini, sebagaimana disebutkan dalam surat Yunus ayat 92:” …sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.” Lebih tegas lagi disebutkan dalam surat al Insan ayat 27 :

Sesungguhnya mereka (orang kafir) menyukai kehidupan dunia dan mereka tidak memperdulikan kesudahan mereka, pada hari yang berat (hari akhirat). (Al Insan 27)

Mudah2an kita tidak termasuk orang yang lalai, seperti disebutkan dalam ayat Qur’an diatas. Mari kita persiapkan perbekalan kita untuk menempuh perjalanan panjang yang tidak akan pernah berakhir didunia dan akhirat. Penyesalan diakhirat kelak tidak ada gunanya, masa lalu tidak akan pernah kembali, masa yang akan datang pasti terjadi. Bersiaplah menghadap berbagai perubahan yang akan kita alami sepanjang perjalan hidup yang amat panjang dan melelahkan ini. Berbekallah sebaik baik bekal adalah Taqwa.

Jangan Mengharap “Terima Kasih” dari Seseorang

Jangan Mengharap “Terima Kasih” dari Seseorang

Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan_Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.



terima+kasihTabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusa. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-taubah:74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: shajdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minuman, pendidikannya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrah, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendapatkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitnya oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

{Sesunggunya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengarapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan :9)

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikirannya saat mengadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Illahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan :

{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitu orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.} (QS. Yunus:12)

Anda tak pernah terkejut menakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk mengiringi domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.
terima+kasih
Jika Teman Baik Kita Tidak Balas Budi.
Allah menciptakan para setiap hamba agar selalu mengingat-Nya, dan Dia menganugerahkan rezeki kepada setiap makhluk ciptaan_Nya agar mereka bersyukur kepada-Nya. Namun, mereka justru banyak yang menyembah dan bersyukur kepada selain Dia.



Tabiat untuk mengingkari, membangkang, dan meremehkan suatu kenikmatan adalah penyakit yang umum menimpa jiwa manusa. Karena itu, Anda tak perlu heran dan resah bila mendapatkan mereka mengingkari kebaikan yang pernah Anda berikan, mencampakkan budi baik yang telah Anda tunjukkan. Lupakan saja bakti yang telah Anda persembahkan. Bahkan, tak usah resah bila mereka sampai memusuhi Anda dengan sangat keji dan membenci Anda sampai mendarah daging, sebab semua itu mereka lakukan adalah justru karena Anda telah berbuat baik kepada mereka.

{Dan, mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya) kecuali Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka.} (QS. At-taubah:74)

Coba Anda buka kembali catatan dunia tentang perjalanan hidup ini! Dalam salah satu babnya diceritakan: shajdan, seorang ayah telah memelihara anaknya dengan baik. Ia memberinya makan, pakaian dan minuman, pendidikannya hingga menjadi orang pandai, rela tidak tidur demi anaknya, rela untuk tidak makan asal anaknya kenyang, dan bahkan, mau bersusah payah agar anaknya bahagia. Namun apa lacur, ketika sudah berkumis lebat dan kuat tulang-tulangnya, anak itu bagaikan anjing galak yang selalu menggonggong kepada orang tuanya. Ia tak hanya berani menghina, tetapi juga melecehkan, acuh tak acuh, congkak, dan durhaka terhadap orang tuanya. Dan semua itu, ia tunjukkan dengan perkataan dan juga tindakan.

Karena itu, siapa saja yang kebaikannya diabaikan dan dilecehkan oleh orang-orang yang menyalahi fitrah, sudah seyogyanya menghadapi semua itu dengan kepala dingin. Dan, ketenangan seperti itu akan mendapatkan balasan pahala dari Dzat Yang perbendaharaan-Nya tidak pernah habis dan sirna.

Ajakan ini bukan untuk menyuruh Anda meninggalkan kebaikan yang telah Anda lakukan selama ini, atau agar Anda sama sekali tidak berbuat baik kepada orang lain. Ajakan ini hanya ingin agar Anda tak goyah dan terpengaruh sedikitnya oleh kekejian dan pengingkaran mereka atas semua kebaikan yang telah Anda perbuat. Dan janganlah Anda pernah bersedih dengan apa saja yang mereka perbuat.

Berbuatlah kebaikan hanya demi Allah semata, maka Anda akan menguasai keadaan, tak akan pernah terusik oleh kebencian mereka, dan tidak pernah merasa terancam oleh perlakuan keji mereka. Anda harus bersyukur kepada Allah karena dapat berbuat baik ketika orang-orang di sekitar Anda berbuat jahat. Dan, ketahuilah bahwa tangan di atas itu lebih baik dari tangan yang di bawah.

{Sesunggunya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengarapkan keridhaan Allah. Kami tidak mengharapkan balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.} (QS. Al-Insan :9)

Masih banyak orang berakal yang sering hilang kendali dan menjadi kacau pikirannya saat mengadapi kritikan atau cercaan pedas dari orang-orang sekitarnya. Terkesan, mereka seolah-olah belum pernah mendengar wahyu Illahi yang menjelaskan dengan gamblang tentang perilaku golongan manusia yang selalu mengingkari Allah. Dalam wahyu itu dikatakan :

{Tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitu orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.} (QS. Yunus:12)

Anda tak pernah terkejut menakala menghadiahkan sebatang pena kepada orang bebal, lalu ia memakai pena itu untuk menulis cemoohan kepada Anda. Dan Anda tak usah kaget, bila orang yang Anda beri tongkat untuk mengiringi domba gembalaannya justru memukulkan tongkat itu ke kepala Anda. Itu semua adalah watak dasar manusia yang selalu mengingkari dan tak pernah bersyukur kepada Penciptanya sendiri Yang Maha Agung nan Mulia. Begitulah, kepada Tuhannya saja mereka berani membangkang dan mengingkari, maka apalagi kepada saya dan Anda.

http://www.sholihah.web.id/2015/12/jangan-mengharap-terima-kasih-dari.html

Jumat, 10 Februari 2017

PENDIDIKAN SANGAT BERPENGARUH TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS HIDUP SUKU ANAK DALAM

PENDIDIKAN SANGAT BERPENGARUH TERHADAP
PENINGKATAN KUALITAS HIDUP
SUKU ANAK DALAM
Hasil gambar untuk pendidikan

Pendidikan sangatlah penting untuk semua makhluk hidup di dunia ini salah satunya adalah kita sebagai manusia yang di beri akal dan pikiran untuk meningkatkan  kesejahteraan manusia itu sendiri. Pendidikan dapat menunjang kehidupan seseorang maupun kelompok orang. Dalam konteks universal pendidikan mencakup semua golongan dan salah satunya suku anak dalam, mereka sangatlah membutuhkan pendidikan yang layak untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya dalam menjalani kehidupan.
Berdasarkan analisis data yang dilakukan secara literatur ditemukan beberapa persoalan mengenai minimnya pendidikan di tingkat suku anak dalam. Dari hasil analisis tersebut di harapkan agar pemerintah dapat menciptakan pendidikan yang mengarah kepada penerapan pendidikan di daerah pelosok suku anak dalam.
Kata Kunci : Pendidikan, Suku Anak Dalam, dan Kesejahteraan
PENDAHULUAN
Indonesia sangatlah kaya akan budaya, banyak sekali etnik-etnik budaya dalam bentuk kelompok-kelompok tertentu, mereka bertempat tinggal dipelosok-pelosok kota modern. Mereka hidup di antara rerimbunan pohon-pohon besar, Sehingga mereka sering disebut Orang Rimba.
Disamping memiliki budaya leluhur yang sangat banyak dan unik, Orang rimba juga memiliki beberapa keterbatasan salahsatunya pendidikan yang minim. Minimnya penerapan pendidikan di pelosok ini memungkinkan terjadinya kesenjangan pendidikan sehingga menimbulkan tertinggalnya Orang Rimba dalam dunia pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu bagian dari hak asasi manusia yang harus terpenuhi, selain menjadi bagian dari hak asasi manusia, pendidikan juga merupakan salah satu elemen penting dimana suatu kesuksesan dan kemajuan Negara di ukur oleh seperti apa pendidikan di Negara tersebut.
Oleh karena itu setiap warga negara Indonesia berhak untuk memperoleh kesempatan belajar sebaik-baiknya dengan ditunjang oleh sarana dan prasarana yang layak. Sehingga
dimanapun mereka berada harus dapat dijangkau oleh fasilitas pendidikan yang
layak sebagai hak-hak asasi bagi mereka.
Pendidikan adalah pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap orang karena, pendidikan adalah modal utama manusia dalam menjalankan kehidupannya sehari-hari. Pendidikan dapat mensejahterakan manusia dalam segi kehidupan sekarang ataupun kedepannya.
Kualitas hidup suku anak dalam bergantung pada banyak hal dan salah satunya adalah pendidikan yang layak di dapatkan seperti apa yang manusia lain  pada umumnya dapatkan.
Namun di era modernisasi ini seolah-olah suku anak dalam terpinggirkan. Dalam konteks pendidikan tidak hanya pemerintah yang bergerak tetapi sesama manusia juga harus saling membantu menyangkut kesejahteraan bersama.
Dalam kehidupan sehari-hari pengetahuan tentang aturan-aturan oleh dewa yang menguasai alam turut mempengaruhi pola hidup Orang Rimba, khususnya dalam mengelola alam sekitar. Orang Rimba sangat menghargai dan terikat dengan lingkungan sekitar (hutan). Mereka makan dan minum dari apa yang disediakan di hutan.
Bagi Orang Rimba, hutan merupakan bagian dari hidup mereka yang harus di lindungi. Mereka mempunyai semboyan “huatan adalah kehidupan dan kehidupan adalah hutan”. Keduanya berjalan seiring dan mereka tidak pernah menginginkan untuk hidup diluar hutan karena hutan dirasakan sudah cukup memenuhi kebutuhan hidup mereka (Lucky Ayu Wulandari, 2009).
Disamping kehidupan mereka yang sangat bergantung pada alam mereka juga harus di berikan pendidikan yang layak. Untuk mendapatkan kehidupan yang sejahtera, selain itu juga dengan diterapkannya pendidikan mereka mampu menjaga keseimbangan ekosistem di alam mereka sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari yang sangat bergantung pada ekosistem alam yang ada agar tidak punah dan mereka dapat hidup selayaknya orang modern zaman sekarang. Dengan begitu mereka ridak merasa terpinggirkan. Peran pemerintah dan masyarakat dalam membantu menerapkan pendidikan di pelosok suku anak dalam sangatlah dibutuhkan.
TUJUAN
Tujuan pembuatan artikel ilmiah ini adalah untuk menerapkan, mengembangkan, dan menyampaikan tentang dunia pendidikan dikalangan pelosok-pelsokok suku pedalaman. Karena, pendidikan sangat penting untuk mereka di masa sekarang dan dimasa yang akan datang, pendidikan memiliki sifatnya nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu dengan berkembangnya dunia pendidikan di kalangan suku anak dalam, mereka dapat meminimalisir degredasi ekosistem di hutan dengan bekal pendidikan yang diberikan. Mengajak seluruh warga masyarakat untuk memiliki bekal pendidikan yang layak sehingga seluruh mayarakat dapat menjaga hidup dan hidup sejahtera terbebas dari kesenjangan pendidikan yang menimbulkan kesenjangan hidup.
METODE LITERATUR
Dalam analisis masalah artikel ilmiah ini, penulis menggunakan metode literatur. Penulis menggunakan berbagai macam sumber pustaka dan data sensus internet yang menjelaskan tentang minimnya pendidikan di pelosok-pelosok khususnya suku anak dalam. Untuk memperoleh data/informasi penulis mengolah data dari berbagai jenis sumber berita internet. Berbagai macam sumber referensi yang ada menjadikan penulisan artikel ilmiah ini berjalan dengan baik.
PEMBAHASAN
Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki ribuan suku bangsa yang beraneka ragam. Masing-masing daerah saling mempengaruhi dan dipengaruhi oleh kebu dayaan daerah lain atau kebudayaan yang berasal dari luar. Salah satu kebudayaan tersebut adalah Suku Anak Dalam. Suku Anak Dalam terdapat di daerah Jambi dan Sumatera Selatan. Suku Anak Dalam belum terlalu dikenal oleh masyarakat Indonesia karena Suku Anak Dalam sudah sangat langka dan mereka tinggal di tempat-tempat terpencil yang jauh dari jangkauan orang-orang.
Suku Anak Dalam disebut juga Suku Kubu tau Orang Rimba. Menurut tradisi lisan suku Anak Dalam merupakan orang Malau sesat yang lari ke hutan rimba disekitar Air Hitam, Taman Nasional Bukit Duapuluh. Mereka kemudian dinbmakan Moyang Segayo. Sistem kemasyarakatan mereka , hidup mereka secara nomaden atau tidak menetap dan mendasarkan hidupnya pada berburu dan meramu, walaupun diantara mereka sudah banyak yang telah memiliki lahan karet ataupun pertanian lanilla.
Orang Rimba merupakan sebutan lain untuk Suku Anak Dalam yang tinggal di pedalaman rimba. Istilah “Orang Rimba” dianggap orang rimba sendiri lebih sesuai dengan kehidupan mereka yang tinggal di rimba dan “tidak mau” keluar dari hutan. Ketidakmauan mereka keluar dari hutan ini berkaitan erat dengan dunia mereka yang menganggap bahwa hutan adalah tempat hidup dan rumah mereka sejak dulu (Butet Manurung, 2007).
Saat ini mayoritas Orang Rimba menghuni tiga daerah terpisah disekitar Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) Provinsi Jambi, yaitu sekitar TNBD 30, TNBD 12 (Keduanya di wilayah utara Jambi) dan sepanjang jalan lintas Sumatra (Wilayah Selatan Jambi). Ketiga wilayah ini diyakini Orang Rimba sebagai tempat tinggal leluhur mereka dahulu. Diwilayah ini sekarang sedang digalakan program konversi hutan, salah satunya untuk melindungi keberadaan Orang Rimba (Lucky Ayu Wulandari, 2009).
Hidup nomaden dan semi nomaden (berpindah-pindah) di dalam hutan luas, tempat para dewa-dewa, jin, dan setan mereka juga ikut tinggal di kolong dedaunan yang sama. Mereka mencukupi kebutuhan hidup dari hasil alam. Alam adalah segala-galanya bagi mereka.
Merekalah gambaran kehidupan manusia di zaman meramu dan berburu ratusan bahkan ribuan tahun lalu, yang masih kasat terlihat oleh mata. Sistem barter pun masih tetap mewarnai kehidupan ekonomi Orang Rimba ini. Walau sesekali mereka berjualan hasil hutan di desa-desa pinggir hutan, dan mendapatkan sedikit uang. Namun Se-kuno apapun manusia peninggalan pra-sejarah ini. Kita harus menyadarinya, bahwa mereka tetap bagian dari keluarga besar bangsa Indonesia (Butet Manurung, 2007).
Orang Rimba yang tak mengenal baca tulis  dan hitung-berhitung ini pun tak luput dari beratnya cobaan hidup. Mereka yang mencintai hutan, mengasihi, dan merawat peninggalan leluhur tersebut. Tidak pernah tahu, bahwa manusia yang hidup dalam dimensi waktu yang berbeda di pinggir hutan. Telah merusak alam dan hutan mereka.
Hutan ialah rumah dan sumber penghidupan orang rimba. Mereka sangat memahami bahwa bumi menyediakan makanan cukup untuk kebutuhan setiap orang, tetapi bukan untuk keserakahannya. Karena itu pula, mereka menyatu dengan  hutan dalam tatanan kearifan lokal.
Ironisnya, kawasan hutan yang menjadi permukiman orang rimba secara turun-temurun dibiarkan dibabat. Inilah negara yang pada satu sisi mendewakan secara berlebihan penanam modal, tetapi pada sisi lain membiarkan dengan penuh kesadaran  orang rimba terpinggirkan, bahkan tercerabut dari akar budayanya lewat pembabatan hutan yang sungguh ironis  dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab.Harus jujur dikatakan bahwa perlindungan terhadap orang rimba di negeri ini cuma indah di atas kertas, tetapi miskin, sangat miskin, dalam implementasi. Sebagai contoh, lewat Keputusan Presiden Nomor 111 Tahun 1999, sebutan suku terasing diubah menjadi komunitas adat terpencil.
Tidak hanya itu. Terang benderang tersurat dalam sejumlah hukum positif perihal pengakuan dari pemerintah akan eksistensi komunitas adat terpencil, termasuk pengakuan atas hak sosial dan ekonomi, termasuk pengakuan terhadap perlindungan tradisi dan adat istiadat komunitas adat terpencil. Pengakuan dan perlindungan itu tersebar mulai undang-undang agraria hingga undang-undang tata ruang.
Orang Rimba yang lugu dan polos itu. Bertahan hidup di hutan, berburu, mencintai alam, dan humanisme. Pada awalnya, para individu Suku Anak Dalam cenderung memiliki pandangan atau persepsi negatif terhadap pendidikan formal. Fenomena tersebut terkait dengan ajaran dari orang tua, temenggung (kepala suku), dan bahkan nenekmoyang mereka yang mengasumsikan bahwa pendidikan yang diterima darisekolah bukanlah sebuah kegiatan yang wajib untuk dilakukan.
Alasannya,dengan mengikuti kegiatan belajar di sekolah, maka waktu mereka untukmelakukan kegiatan seperti berhutan menjadi tersisihkan, sehingga label yangkemudian muncul adalah mereka akan meninggal karena tidak dapat memenuhikebutuhan hidup mereka dari berhutan. Pendidikan formal atau bersekolah adalah salah satu fenomena yang relatif baru bagi individu Suku Anak Dalam.
Sebelumnya, mereka tidak pernah diperkenalkan adanya istilah pendidikan maupun istilah bersekolah. Seperti yang disampaikan oleh Edmund Husserl, bahwa fenomenologi berfokus pada bagaimana orang mengalami fenomena tertentu, menyelidiki bagaimana individu mengkonstruksikan makna dari sebuah pengalaman yang mereka alami dan bagaimana makna yang ditangkap oleh individu tersebut bisa memicu terbentuknya makna kelompok atau bahkan membentuk pemahaman baru pada kebudayaan tertentu (Vandersteop dan Johnston, 2009:206).
Terkait dalam hal ini adalah kemunculan pengetahuan baru dari pengalaman individu Suku Anak Dalam mengenai pendidikan yang diperolehnya, serta menghasilkan beberapa pandangan yang berhasil dimaknai oleh individu Suku Anak Dalam. Persepsi awal dari Suku Anak Dalam terhadap pendidikan yang terbentuk cenderung negatif. Namun, seiring dengan terus dilakukannya sosialisasi oleh pemerintah tentang pentingnya pendidikan serta adanya faktor pendorong internal (cita-cita hidup) dalam diri individu Suku Anak Dalam, sebagian individu Suku Anak Dalam cenderung menjadi lebih aktif untuk mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Bahkan, pemerintah membangun Sekolah Dasar khusus bagi Suku Anak Dalam.
Persepsi individu Suku Anak Dalam terhadap pendidikan formal yang pada awalnya menganggap bahwa pendidikan adalah ajaran yang tidak benar, dalam perkembangannya cenderung mulai mengalami perubahan, dan bahkan Suku Anak Dalam telah bersekolah dan menempati rumah yang disediakan oleh pemerintah.
Sehingga, individu Suku Anak Dalam cenderung memaknai pendidikan
dan bersekolah sebagai salah satu hal yang menyenangkan sekaligus
menguntungkan.Fenomena paling menonjol terkait dengan konstruksi makna pendidikan bagi individu Suku Anak Dalam adalah bahwa dengan mengikuti pelajaran di sekolah mereka memiliki gambaran tentang cita-cita hidup. Hal tersebut mengindikasikan adanya perubahan dalam memahami makna pendidikan formal yang diterima oleh individu Suku Anak Dalam.
           
Pada awalnya, keinginan bersekolah terbentuk bukan karena adanya
dorongan pribadi (faktor internal) dari individu Suku Anak Dalam. Para informan
mengatakan bahwa alasan pertama mereka bersekolah lebih kepada faktor
eksternal, yaitu dorongan dari orang tua mereka.
 Alasan orang tua Suku Anak Dalam meminta anaknya untuk bersekolahpun bukan tanpa alasan, para orang tua mengatakan, dengan bersekolah maka akan diberikan makanan serta pakaian baru tanpa dipungut biaya. Kemampuan mengoperasikan benda elektronik juga menjadi salah satu pengalaman berbeda yang sebelumnya tidak mereka dapatkan.
Kemampuan mengoperasikan benda elektronik lainnya seperti handphone juga menjadi salah satu pengalaman baru bagi Suku Anak Dalam. Ketika Suku Anak Dalam sebelum bersekolah, mereka hanya menggunakan handphone sekedar untuk menonton televisi dan memutar lagu, kinimereka mampu memaksimalkan kegunaan handphone tersebut, selain untukberkomunikasi, mereka telah mampu meng akses facebook dari handphone mereka.
Dengan bersekolah dan belajar menjadikan mereka memiliki kemampuan untuk membaca serta menulis, memiliki kemampuan bersosialisasi dan bernegosiasi. Dibandingkan dengan ketika Suku Anak Dalam belum bersekolah, Suku Anak Dalam tidak pernah berhubungan, bersosialisasi, dan berinteraksi dengan orang luar, meskipun pernah, interaksi hanya terjadi beberapa kali dan tidak sesering sekarang.
Hal ini terjadi dikarenakan kehidupan Suku Anak Dalam yang lebih banyak berada di hutan. Sebelum sekolah, Suku Anak Dalam keluar dari hutan hanya ketika hendak menjual hasil hutan mereka. Berbeda denganketika Suku Anak Dalam telah bersekolah seperti sekarang, bagi Suku Anak Dalam yang telah bersekolah, bersosialisasi dengan orang luar kini lebih seringterjadi.
Hal ini terjadi karena selain di sekolah mereka harus bersosialisasi dengan orang luar, kehidupan sehari-hari juga menuntut Suku Anak Dalan untuk lebihsering bersosialisasi dengan orang luar, karena perumahan yang Suku AnakDalam tempati berada di lingkungan dan di sekitar rumah warga atau hampir semua tetangga mereka adalah orang luar.
Dengan berpindah serta bertempat tinggal Suku Anak Dalam di sekitaratau bertetangga dengan orang luar telah merubah anggapan serta stereotypeSuku Anak Dalam terhadap orang luar. Dengan berteman dengan orang luar,komunikasi serta interaksi mereka menjadi semakin intens dan semakin sering.Fenomena tersebut membuat mereka saling membuka diri satu sama lain.
Menurut Irwin Altman dan Dalmas Taylor (Littlejohn, 2005 : 194) dalam teori penetrasisosial (Social Penetration Theory) bahwa seseorang melakukan komunikasi yangbergerak dari unintimate kemudian mencapai puncak pada titik intimate. Proses tersebut adalah penetrasi yang mana syarat mutlaknya yaitu self disclosure atauketerbukaan. Terjadinya keterbukaan diri diantara Suku Anak Dalam denganorang luar lebih dilatar belakangi adanya keinginan untuk saling mengenal satusama lain, memperoleh pengetahuan dari apa yang sebelumnya belum pernah didapat oleh mereka. Suku Anak Dalam yang telah mampu dan melangsungkan komunikasiatau sosialisasi dengan orang luar merupakan salah satu contoh adanya upaya dariSuku Anak Dalam (kelompok minoritas) agar diterima oleh orang luar (kelompokmayoritas). Orbe menjelaskan dalam co-cultural theory, yang mengkajibagaimana anggota kelompok minoritas berkomunikasi dengan anggota kelompokdominan (Littlejohn, 2009: 264).
KESIMPULAN
           Pada awalnya, individu Suku Anak Dalam cenderung memiliki persepsi negatif terhadap pendidikan yang disosialisasikan oleh pemerintah. Hal itu terjadi karena bertentangan dengan ajaran leluhur, sehingga individu Suku Anak Dalam merasa tidak perlu bersekolah. Namun seiring dengan perkembangan waktu, persepsi mereka mulai berubah. Individu Suku Anak Dalam merasa senang dengan bersekolah, karena ketika bersekolah, mereka akan mendapatkan makanan serta jajan yang dibagikan oleh pihak sekolah. Ada beberapa faktor yang akhirnya mampu membuat para individu Suku Anak Dalam menerima pendidikan.
           Penerimaan individu Suku Anak Dalam dipengaruhi oleh faktor-faktor dari luar, seperti adanya imbalan atau sesuatu yang menarik yang diberikan dan disampaikan oleh pemerintah. Serta adanya dorongan atau ‘perintah’ dari orang tua mereka untuk bersekolah. Meskipun dorongan dari
orang tua mereka dilatar belakangi dengan adanya imbalan berupa akan
dibagikannya pakaian baru (seragam sekolah) dan makanan oleh pihak sekolah.
           Dengan bersekolahnya individu Suku Anak Dalam, pengalaman-pengalamanbaru dialami oleh mereka. Memiliki teman serta bersosialisasi dengan
orang luar (bukan Suku Anak Dalam) menjadi pengalaman baru yang didapat
ketika bersekolah. Kemampuan menggunakan dan mengoptimalkan peralatan
elektronik, memiliki kemampuan membuat serta log in sosial media seperti
facebook di handphone juga dimiliki oleh individu Suku Anak Dalam setelah
bersekolah. Hal ini didasari pada kemampuan menulis, membaca, dan berbahasa
Inggris yang diajarkan ketika mereka bersekolah.
UCAPAN TERIMAKSIH
            Dengan selesainya pembuatan Artikel Ilmiah ini saya mengucapkan banyak terimakasih kepada Allah SWT dan pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan Artikel Ilmiah ini, terkait dengan referensi landasan teori dari berbagai tokoh , pemberitaan lewat internet, selain itu juga kepada dosen pembimbing yang telah banyak membantu dalam proses penyelesaian Artikel Ilmiah ini. Sampai dengan Artikel ini selesai dibuat.